Welcome>>Selamat Datang Di Blog Marga Sung ^^

Senin, 26 September 2011

SUNG KIM LIUNG, PEJUANG DARI KALIMANTAN BARAT

Foto Sung Kim Liung

Jarang orang mengenal Sung Kim Liung, padahal nama beliau tercatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Tidak sedikit tanda jasa yang Beliau peroleh dari pemerintah Republik Indonesia, yakni :

1. Surat Tanda Djasa Pahlawan, tanggal 17 Agustus 1952 oleh Presiden Soekarno.
2. Satyalantjana Bhakti, tanggal 10 November 1958 dari Menteri Pertahanan Djuanda.
3. Satyalantjana Gerakan Operasi Militer III, tanggal 29 Januari 1959, juga dari Menteri Pertahanan 
Djuanda.

Sung Kim Liung, yang akrab dipanggil Pak Djung dilahirkan pada tahun 1923 di Anjungan. Pada masa mudanya Beliau pernah mengikuti latihan kemiliteran Jepang, yakni sebagai Seinendan. Hasil pelatihan inilah yang menjadi bekal Beliau dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kurang lebih pada masa awal kemerdekaan, Belanda dengan NICA-nya yang membonceng sekutu, mulai berupaya menegakkan lagi kekuasaannya dan menghancurkan para pejuang. Pimpinan organisasi GERAM (Gerakan Rakyat Merdeka) di Landak, Kalimantan Barat, dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Perjuangan saat itu menjadi tidak kondusif lagi. Oleh karena itu, para pucuk pimpinan GERAM, seperti Gusti Muhammad Saleh Aliuddin dan Achmad Djajadi memutuskan bahwa perjuangan di kawasan tersebut sudah tidak kondusif lagi.
Andil Sung Kim Liung mulai dirasakan ketika Beliau menghubungkan Gusti Muhammad Saleh dan Achmad Djajadi dengan etnis Tionghua yang mendukung perjuangan, yakni Bong Lion The dan Liem Sun Pho. Pada bulan Juli 1947, Sung Kim Liung bergabung dengan GERAM dan ditugaskan sebagai mata-mata. Dengan mempertaruhkan nyawanya Pak Djung menyusup ke daerah musuh guna mengamati kekuatan pasukan Belanda. Beliau bahkan ikut dalam revolusi fisik. Desakan pasukan NICA memaksa Pak Djung beserta anggota GERAM lainnya mengungsi ke hutan. Hingga tahun 1949, Beliau masih berjuang bersama GERAM. Selepas revolusi fisik, Pak Djung mendaftarkan diri sebagai anggota Brimob, tetapi karena alasan kesehatan Beliau akhirnya melanjutkan sekolah ke bidang ahli gigi di Jakarta. Pak Djung juga menjadi anggota veteran angkatan 45. Beliau turut pula aktif menumpas pemberontakan G 30 S PKI.

Sumber: Sung Kim Liung: Berbhakti dan Mengabdi untuk Tanah Air, karya Syafaruddin Usman dan Isnawita Din, Pustaka PeDAs dan Insyaf Institute, Pontianak, 2008.


http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/tokoh-tionghoa/1006-mengenal-sung-kim-liung-pejuang-dari-kalimantan-barat

Jumat, 16 September 2011

KUE BULAN (MOON CAKE)


Kue bulan (Hanzi: 月餅, pinyin: yuèbǐng) adalah penganan tradisional Tionghoa yang menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim Gugur setiap tahunnya. Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkian, gwee pia atau tiong chiu pia
Kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan.
Asal usul
Kue bulan bermula dari penganan sesajian pada persembahan dan penghormatan pada leluhur dimusim gugur, yang biasanya merupakan masa panen yang dianggap penting dalam kebudayaan Tionghoa yang berbasis agrikultural.
Perkembangan zaman menjadikan kue bulan berevolusi dari sesajian khusus pertengahan musim gugur kepada penganan dan hadiah namun tetap terkait pada perayaan festival musim gugur tadi.
Beberapa legenda mengemukakan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol. Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat dalam sejarah paling awal pada zaman Dinasti Song. Dari sini, kue bulan dipastikan telah populer dan eksis jauh sebelum Dinasti Ming berdiri.